Sunday, November 05, 2006

Cerita lebaran yang telat

Wuahh... ternyata sudah lama sekali aku tidak menulis di blog ini. Juga menengoknya. Terakhir posting tanggal 17 Oktober lalu. Berarti sekitar setengah bulan aku tidak "menjamah" blog ini. Kemana gerangan ya? Buat teman-teman, maafkan aku juga jika lama tidak berkunjung ataupun "mengabaikan" sapaan kalian. Entahlah, hari-hari menjelang lebaran dan pasca lebaran kemarin selain "agak" malas juga adaaa aja yang harus kukerjakan sehingga tidak bisa berlama-lama nongkrong di depan komputer.

Nah kalo sekarang aku ingin sedikit berbagi cerita mengenai lebaran keduaku di Jepang telat engga ya? Ah, gapapa ya, lebih baik telat daripada engga sama sekali (maksa nih ceritanya). Lebaran di Jepang tahun ini jatuh pada hari selasa tanggal 24 Oktober. Barengan dengan hari jadiku nih hehehe. Jadi sehari lebih lambat dari keluarga besar di Jogja yang merayakan pada hari senin. Penentuan hari raya di Jepang dilakukan dengan ru'yat yang dilakukan oleh berbagai organisasi Islam di Jepang termasuk diantaranya adalah KMII. Karena pada hari minggu 22 Oktober di beberapa lokasi pengamatan tidak terlihat hilal maka Tim Komite Ru'yat Hilal Jepang merujuk pada negeri Islam terdekat yaitu Malaysia (kenapa Malaysia ya?). Karena di Malaysia pun dikabarkan tidak terlihat hilal, maka ramadhan tahun ini digenapkan menjadi 30 hari sehingga 1 Syawal 1427 H jatuh bertepatan dengan tanggal 24 Oktober 2006 M.

Sesuai dengan perkiraan cuaca, sejak hari senin 23 Oktober di berbagai wilayah di Jepang turun hujan disertai angin. Kondisi ini membuat aku dan suami sempat ragu untuk menjalankan rencana semula, sholat Ied di SRIT. Namun setelah berembuk dengan keluarga Pak Udin, akhirnya jadilah kami berlima (suami, aku, Calya, Pak Udin, Mbak Evi) berangkat ke Tokyo. Pagi2 sekitar pukul 05.20 JST di tengah rintik hujan dan angin kami dijemput Pak Udin dan Mbak Evi, langsung ke Tsuchiura Eki. Dapat kereta yang jam 06.09 (rencana semula mau naik kereta yang jam 05.45, namun telat 5 menit), turun di Nippori kemudian ganti Yamanote Line menuju Meguro. Karena hari itu merupakan hari kerja, maka sejak dari Tsuchiura dan ganti di Nippori kereta selalu penuh sesak. Sampai di Meguro Alhamdulillah masih jam 8 kurang (sholat Ied dilaksanakan pada pukul 08.30). Langsung cari taksi menuju SRIT. Karena hari hujan maka halaman SRIT tidak bisa digunakan untuk sholat sehingga jamaah berdesakan di aula, ruang kelas, dan selasar. Karena itu jugalah maka ada dua gelombang sholat. Namun sayangnya meski sudah ada dua gelombang aku tetap tidak bisa ikut sholat Ied. Kenapa coba? Karena tidak kebagian tempat. Ceritanya begini, ketika masuk halaman SRIT, oleh panitia (?) kami jamaah wanita sudah langsung disuruh ke lantai 3. Ternyata ketika naik baru di tengah tangga sudah terjadi antrean panjang. Sempat sampai depan pintu lantai 3 (yang katanya diperuntukkan untuk kaum wanita) tapi di dalam ternyata sudah berjubel dan campur baur antara kaum bapak dan kaum ibu. Teman yang datang bareng2 dari Ami bisa masuk, sementara karena bersama Calya (kasihan kalo dia disuruh uyel2an) aku memutuskan untuk menunggu di luar di tengah rintik hujan dan hawa dingin. Mencoba bertahan karena ada info akan ada sholat Ied gelombang kedua. Memang benar ada sholat gelombang kedua, tapi sayang sekali aku tetap tidak bisa menjalankan sholat sunat muakkad itu. Apa pasal? Karena jamaah yang sudah di dalam ternyata (kebanyakan) tidak mau mengalah keluar sebentar untuk memberi tempat bagi yang belum sempat sholat Ied di gelombang pertama tadi. Walhasil, tetap harus masuk berdesak-desakan, dan ketika aku bersama Calya bisa masuk dan memperoleh tempat untuk sholat ternyata sholat Ied gelombang kedua sudah berlangsung (raka'at pertama sudah hampir selesai). Terpaksalah aku tidak menjalankan ibadah sholat Idul Fitri tahun ini. Alhamdulillah masih bisa mengikuti khotbah Idul Fitri. Cuma tersimpan aja rasa kecewa. Seandainya panitia lebih sigap dan bisa mengantisipasi, atau seandainya jamaah yang sudah sholat pada gelombang pertama bersedia mengalah sebentar, tentu tidak perlu ada kejadian orang yang sudah siap dan berniat menjalankan ibadah sholat Ied menjadi terhalang karena hal yang sebenarnya bisa diantisipasi. Dan yang mengalami ini bukan hanya aku seorang, ada banyak jamaah lain yang bernasib serupa, terpaksa tidak bisa sholat Ied. Tapi Allah Maha Mengetahui, insyaAllah niat kami sudah dicatat. Amin...

Seusai sholat Ied, kami menuju Wisma Indonesia di kompleks KBRI. Dari rumah sudah membayangkan yang indah-indah seperti tahun kemarin, ada hidangan khas lebaran (lontong opor) dan teman-temannya. Namun tahun ini rada kecele nih, tidak ada lontong opor, cukup ramesan dalam kotak aja. Alhamdulillah, gapapa, mungkin KBRI sedang berhemat. Menyediakan hidangan untuk orang sebanyak itu kan butuh biaya besar. Lebih baik dananya digunakan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat. Semoga saja....
Dan ini ada sedikit foto suasana kamp pengungsian waktu acara di Wisma Indonesia. Kenapa kamp pengungsian? Ya habis memang mirip sih. Hihihihi. Lihat aja...

7 Comments:

Blogger ratnaningsih said...

bunda cerita lebarannya sendu ya, penuh perjuangan deh, kayak pejuang 45 ya hiii.

Allah Maha Tahu, semoga perjuangannya diberi imbalan yang baik. amin.

10:23 am  
Blogger Yosie said...

Wah Sit ternyata lebaran di negri orang malah lebih seru yah dibanding di negri sendiri, terharu denger cerita orang yg mau sholat musti berjuang keras dulu mang musti gitu kali ya Sit jalan menuju ke surga. Btw thx udah cerita ttg lebaran disana.

10:28 am  
Blogger La Petite Femme said...

seru ni cerita lebarannya..btw, mohon maaf lahir & batin ya..salam buat semua..:)

4:37 pm  
Blogger Lili said...

waaa seru juga yaa...Alhamdulillaah jadi juga sholat ied bersama2 walaupun cuaca mendung dan hujan rintik...
Sudah masuk fall yaa?

9:24 am  
Blogger IrA said...

Hiks sempet terharu, dan sedikit kesel knp yg sudah sholat gel I gak mau gantian yah?..sabar yah Sit..yup, moga niat kamu utk sholat sama pahalanya dgn yg ikutan sholat yah..

9:14 am  
Blogger Bunda Faikar said...

hahahaha kamp pengungsian? kasian tenan hehehe...perjuangan mu memang hebat deh sita, untuk sholat Ied. Hujan dan dingin kan waktu itu...kebayang deh SRIT kayak apa kondisinya :(

1:08 pm  
Blogger Niken said...

Bunda Calya, kl naik kereta ke Ueno, pasti lewat Kashiwa eki dong?? Kok ga mampir rumah Aya sih??
Sedih ya, niat sholat, tp krn org2 ga mau gantian jd ga bisa sholat. Mbok ya sama2 gitu lhoooo...Hidosuginai?? gemes jg aku jdnya..

4:15 pm  

Post a Comment

<< Home